Masa depan E-Commerce Indonesia

Pertumbuhan internet yang cukup baik di Indonesia turut mengerek budaya belanja online di Indonesia. Pengguna internet telah menstransformasikan juga pola perdagangan yang dulu kerap dilakukan secara konvensional dimana penjual dan pembeli bertemu di suatu tempat berubah menjadi transaksi online. Kita akan membicarakan perkembangan fenomena ini dengan praktisi e-commerce Aria Rajasa.

Menurut Aria, e-commerce di Indonesia sekarang jauh berbeda dibandingkan tiga tahun lalu. Dulu pelaku usaha tersebut relatif masih sedikit, sekarang sudah banyak pemainnya dan banyak pihak-pihak yang memfasilitasi pemain baru sehingga sangat mudah bagi seseorang untuk memulai terjun ke dunia e-commerce. Diperkirakan lima tahun lagi penggunanya mencapai 150 juta orang. Ini berdasarkan riset dari daily social dan daily transpayment gatewayIndonesia. Kenaikan dari 55 ke 100 juta itu besar sekali, sehingga diharapkan dalam lima tahun ke depan pasar itu sudah mulai terbentuk dan teredukasi dengan baik untuk melakukan transaksi e-commerce.

Menurut Aria, pebisnis yang ingin terjun ke dunia e-commerce sebaiknnya memperhatikan kepercayaan pelanggan dan kualitas produk. E-commerce merupakan bisnis jasa di mana kepercayaan pelanggan merupakan aspek penting. Selain itu, pelaku juga harus selalu memperhatikan kualitas produk. E-commerce bukanlah sihir di mana sesuatu berjalan otomatis ke arah kesuksesan dan karena menggeluti e-commerce memerlukan kerja keras.

Berikut wawancara Perspektif Baru dengan Ansi Lema sebagai pewawancara dengan narasumber Aria Rajasa.

Anda dikenal sebagai seorang praktisi e-commerce, yaitu pemilik dari www.gantibaju.com dan www.tees.co.id. Darimana inspirasinya tertarik menggeluti e-commerce?

Saya memulai e-commerce mencoba saja dan tidak ada pengalaman sama sekali. Itu sekitar tiga tahun lalu dimana saat itu dunia sedang sangat tertarik dengan belanja online. Di luar negeri hal tersebut merupakan fenomena biasa, namun saya melihat itu belum masuk dan menjadi trend di Indonesia. Saya masuk dan ingin menjadi yang pertama di Indonesia. Lalu saya menjadi pionir.
Dengan pendiidikan saya di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI), saya bisa membuat website dan akhirnya bisa terjun ke dunia e-commerce seperti sekarang.

Apakah studi Anda mempunyai konstribusi terhadap bisnis ini di kemudian hari?

Tentu saja. Di sini pengalaman ekonomi mutlak namun juga tidak bisa hanya dengan ekonomi saja. Pemanfaatan teknologi dan pemahaman terhadap pasar juga dibutuhkan, sehingga memang harus timbal balik. Karena itu banyak dari praktisi e-commerce seperti kita yang memilikibackground informasi teknologi (IT).

Adakah kendala ketika pertama kali mulai merintis bisnis e-commerce ini?

Ada. Orang-orang seperti saya disebut geek. Saya sama sekali tidak mengerti tentang bisnis dan e-commerce. Pada waktu awal dulu casual projection saja saya tidak bisa membuatnya. Jadi kendala terbesar ialah bagaimana cara mengubah kode-kode menjadi keuntungan finansial. Itu salah satu kendalanya. Setelah banyak kegagalan dan kerugian akhirnya bisa juga. Proses belajarnya sangat mahal sekali.

Apakah e-commerce ini sudah cukup kompetitif ataukah masih jarang ketika pertama kali dimulai?

Pelakunya pada waktu itu masih relatif jarang. Masyarakat masih mengandalkan transaksi offline. Semua teman saya mempertanyakan mengapa juga menggunakan online. Mereka menganggap tidak ada keuntungan di e-commerce. Saya melihat walaupun mungkin keuntungannya tidak ada saat itu namun dalam 3 - 5 tahun lagi pasti menjadi besar sekali. Untungnya waktu itu saya benar, kalau salah nasib juga.

Bagaimana pangsa pasar online beberapa tahun lalu jika dibandingkan sekarang?

Jauh sekali perbedaannya. Beberapa tahun lalu resistensi masyarakat masih sangat tinggi. Resistensi tersebut adalah masalah kepercayaan. Ada kecenderungan ketika orang melakukan pembelanjaan online, mereka ragu karena tidak bisa melihat dan memegang langsung barangnya. Foto pun sepertinya tidak cukup apalagi dalam dunia fashion. Saya berbisnis di duniafashion yaitu berjualan kaos. Ada pertimbangan seperti keadaan bahannya, bagaimana keadaan bahannya setelah dicuci apakah lecek atau tidak. Belum lagi rasa ketika memegang langsung bahannya, apakah nyaman atau tidak. Hal-hal tersebut tidak bisa dijelaskan dengan foto. Jadi kendala e-commerce ialah experience dengan barang sangat kurang. Membangun kepercayaan merupakan proses yang tidak mudah.

Apa sebenarnya yang membedakan secara jelas antara bisnis konvensional dengan bisnis online ini?

Sebenarnya perbedaannya ada di medianya itu sendiri. Keuntungan kita mempunyai e-commerce adalah tokonya tidak akan pernah tutup, selalu buka 24 jam. Meskipun kita tidur, orang masih bisa berbelanja di toko kita. Sebagai pelakunya, sebenarnya hal ini menganggu, tapi itu risiko kita. Jika ada yang telepon pukul 04.00 (dinihari) maka harus diterima. Karena itu jangan diberi nomor telepon. Perbedaan yang kedua adalah kita tidak terbatas pada lokasi, sehingga orang di ujung dunia manapun mempunyai akses untuk membelinya. Dua keuntungan itu yang membuat e-commercesangat menarik buat saya. Dalam dunia e-commerce, ruang dan waktu menjadi tidak relevan lagi.

Ketika trust tidak ada, konsumen akan mudah meninggalkan para penjual. Bagaimana mekanisme pengajuan keluhan dalam e-commerce ini?

Benar sekali, kepercayaan merupakan hal penting dalam bisnis ini. Kalau untuk sekarang yang penting ialah harus berada di mana mereka berada. Kalau sekarang mereka sedang berkumpulnya di sosial media seperti Twitter, facebook, Blackberry Messager (BBM) maka saya mencoba untuk ada di semua koneksi mereka tersebut. Saya mempunyai Twitter untuk mereka menyampaikan keluhan dan bisa ditanya terserah apa pun. Juga ada facebook dan BBM. Itu semua disiapkan untuk memberi jawaban ke mereka. Semua fasilitas tersebut membuat kita bisa berkomunikasi secara mudah sekali dengan para calon pembeli dan pembeli yang sudah ada sekarang, sehingga kita berharap kepercayaan mereka makin naik.

Bagaimana perbandingan transaksi real dalam e-commerce?

Di Indonesia 70% orang masih melakukannya dengan transfer via bank. Jadi memang di sini masalah kepercayaan itu sangat penting. Mereka memberikan uang ke kita dahulu dan mereka tidak bisa menariknya lagi. Sisanya, ada yang melakukan melalui third party services seperti paypal dan juga kartu kredit, namun masih relatif jarang.

Dalam bisnis konvensional maupun e-commerce, etika dan kepercayaan adalah hal-hal yang penting. Namun kita sering membaca dan melihat di televisi ada praktek-praktek penipuan. Mengapa ini bisa terjadi dan bagaimana kira-kira cara kita mengedukasi para konsumen sehingga tidak menjadi korban penipuan?

Penipuan tidak bisa 100% dihilangkan. Penipuan terjadi dalam berbagai bentuk, tidak hanya di online namun offline juga. Ini memang kembali ke diri kita masing-masing. Lalu, mengapa di online terlihat lebih banyak? Itu karena dalam dunia online kita tidak bertemu langsung sehingga kesempatan lebih banyak. Di forum-forum online, saya sering mendengar juga bahwa menawarkan dagangan itu mudah karena hanya memposting saja dan pelakunya bisa hilang begitu saja.

Apakah ada tips untuk lebih berhati-hati menghindari penipuan ini karena sebenarnya kita bisa melihat polanya?

Betul. Kita sebagai pembeli harus memperhatikan siapa penjualnya. Ini paling penting. Kita bisa bertanya ke teman-teman kita apakah sudah pernah membeli di situ atau belum. Kalau belum, kita bisa mencoba meliat di social media. Sekarang mencari informasi seperti itu lebih mudah, seperti bagaimana keadaan sebuah toko online, apakah penipu atau tidak. Jadi jangan mudah percaya namun coba cari tahu lebih lanjut saja.

Kita tahu bahwa penduduk Indonesia sekitar 240-an juta orang, dan pengguna internet katanya sekitar 55 juta. Bagaimana sebenarnya penetrasi pasar di e-commerce ini?

Pertumbuhan yang sedang terjadi ini sangat bagus dibandingkan dengan tiga tahun lalu. Jauh sekali perbandingannya, dan diperkirakan lima tahun lagi penggunanya mencapai 150 juta orang. Ini berdasarkan riset dari daily social dan daily transpayment gateway Indonesia. Kenaikan dari 55 ke 100 juta itu besar sekali, sehingga diharapkan dalam lima tahun ke depan pasar itu sudah mulai terbentuk dan teredukasi dengan baik untuk melakukan transaksi e-commerce.

Apa bidang yang sebenarnya paling favorit di bisnis e-commerce ini?

Dari hasil riset yang sama, nomor satu paling favorit dan populer adalahfashion. Paling banyak dari kalangan perempuan dan ibu-ibu. Presentase yang paling tinggi adalah barang untuk perempuan yang harganya di bawah Rp 200 ribu. Itu kategori paling populer. Di dalam bisnis ini kita juga harus pintar melihat market yang paling potensial.

Kita tahu bahwa dalam e-commerce ada perusahaan yang sekadar menyediakan fasilitas ada juga yang menyediakan stok barang. Manakah yang menjanjikan?

Mungkin kedua bidang itu bisa disebut antara online store dan market placeOnline store adalah barang-barang milik sendiri dan dia juga menjualnya, sedangkan market place menyediakan tempat untuk berjualan. Di sini perbandingannya mungkin sama seperti antara mall dan pemilik toko. Di mall ada yang menyediakan toko dan ada juga yang tidak. Tidak mudahnya untuk kita ialah tidak ada yang beriklan di market place kita, lalu orang datang berkunjung ke toko seperti mall. Sedangkan di online store, kita harus berusaha sendiri mendatangkan pengunjungnya. Sedangkan kalau di market place, kita bersaing dengan tenant lain di situ sehingga muncul persaingan antar tenant yang ada di market place.

Banyak perusahaan-perusahaan besar yang kini mulai mengadopsi dan menerapkan e-commerce, salah satunya The Body Shop yang kemarin melakukan launching belanja online. Bagaimana prospeknya?

Prospeknya sangat bagus. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya bahwa pertumbuhannya sangat tinggi, dan juga karena brand besar seperti The Body Shop yang melakukan e-commerce seperti ini tentu saja akan terpercaya. Harapannya ialah ini bisa mengedukasi orang-orang untuk percaya bahwa e-commerce bisnis serius dan bukan trik-trik penipuan.

Jadi semakin memperkuat kepercayaan karena The Body Shop yang sudah mempunyai nama menggunakan e-commerce juga.

Betul, harapannya bisa menembus e-commerce transaction di Indonesia

Apa yang Anda lakukan untuk kemudian membedakan bisnis Anda dibanding kompetitor sehingga kemudian mempunyai kekhasan, keunikan, dan kemudian bisa mendatangkan profit?

Sekilas latar belakang tentang gantibaju.com. Keunikan di gantibaju.com adalah sistemnya kompetisi. Semua orang bisa memasukan disain ke situ dan nanti yang menang maka kita akan mencetak produknya berdasarkan disain tersebut. Jadi ini memastikan bahwa yang menang adalah selalu selera pasar. Itu adalah competitive act untuk gantibaju.com. Namun kita berpikir bagaimana dengan disain-disain yang tidak menang di gantibaju.com? Kita mendapatkan ratusan disain setiap bulannya namun kita hanya mencetak 20 disain. Karena itu saya membuat membuat tees.co.id sebagai solusinya. Konsep tees.co.id adalah dengan hanya bermodalkan disain maka semua orang bisa membuat toko kaos sendiri. Semua produksi, logistik, pengiriman, dan customer service adalah kita yang tangani. Kelebihan tees.co.id, kita berhasil memiliki teknologi untuk membuat kaos satuan berdasarkan on demand. Jadi kita hanya mencetak saat dibutuhkan, saat ada pembelian. Tidak ada yang namanya death stocksehingga tidak ada yang mubazir.

Indonesia adalah negara kepulauan yang berbeda dengan Amerika Serikat atau negara-negara di Eropa. Mereka memiliki keterjangkauan daratan lebih mudah. Apakah ini kendala tersendiri?

Iya, terutama di logistik karena pengiriman dari Jakarta ke Bandung dan dari Jakarta ke Kalimantan ada perbedaan ongkos kirim yang jauh sekali. Misalnya, ongkos pengirimannya Rp 50.000, sementara barang yang dijual rata-rata Rp 100.000. Sebenarnya tidak masuk akal juga kalau kita membebankan ini ke pembeli. Tapi kalau bukan ke pembeli, lalu kepada siapa kita membebankannya. Jadi ada kendala logistik.

Apa sih yang perlu dipersiapkan pendatang baru kalau mau masuk ke bisnis online seperti ini?

Sekarang situasinya jauh lebih mudah daripada tiga tahun lalu karena fasilitas untuk membuat e-commerce sangat tidak sulit. Misalnya, bergabung saja dengan marketplace-marketplace yang sudah ada sekarang dan mereka akan menawarkan apakah ingin pengiriman mereka yang urus, atau customer service, atau hal lain. Banyak fasilitas yang mereka berikan. Intinya, tinggal menggerakkan mouse maka langsung jadi online store. Namun memang barangnya harus tetap kita yang menangani dan juga kepercayaan. E-commerce bukan sihir yang hanya buka toko lalu langsung terjual semua. Toko tetaplah toko. Kita harus berpromosi. Kita harus menangani itu juga. Jadi memang sekarang bisa dikatakan jauh lebih mudah untuk membuat toko e-commerce daripada tahun-tahun sebelumnya, namun semua aspek kepercayaan dan lainnya itu harus dijaga seperti layaknya membuka toko fisik.

Apa media promosi yang paling efektif?

Sekarang saya menggunakan facebook ads dan google ads. Dua itu saling melengkapi. Facebook ads lebih banyak untuk meningkatkan awareness, sedangkan kalau untuk google ads lebih ke arah penjualan. Itu karena iklan dari google akan tampil ketika kita sedang mencari. Namun kalau di facebook lebih ke arah "kita ada di sini" sehingga lain kali kalau tertarik bisa mengunjungi.

Apa tips untuk para pemula yang mulai ingin menggeluti bidang ini?

Biasanya pelaku bisnis memiliki ekspektasi besar namun kemudian ketika berhadapan dengan tantangan kemudian takut. Ada dua tips, yang pertama jaga kepercayaan as much as possible. Bisa dikatakan kalau e-commercelebih banyak ke jasa daripada ke barangnya. Kesalahan pasti terjadi, namun bagaimana kita mengatasinya. Jika terjadi, kita bisa berupaya mengatasi dengan memberikan pembeli voucher dan kita terus kontak dia. Itu yang pertama, jaga kepercayaan pembeli. Yang kedua adalah menjaga kualitas. Ini yang sering sekali terjadi ketika bisnisnya sudah mulai naik. Barang sudah mulai laku namun kualitas turun karena mengejar sales yang tinggi. Kalau kualitas makin turun, maka kepercayaan akan turun lagi.

Sumber : http://www.perspektifbaru.com/wawancara/864

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
This Theme Modified by Kapten Andre based on Structure Theme from MIT-style License by Jason J. Jaeger